Selasa, 26 Agustus 2025

Selamat Datang Bulan Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Bulan Rabiul Awal kembali hadir. Bulan yang selalu dirindukan umat Islam, bulan kelahiran manusia agung: Nabi Muhammad SAW. Beliau lahir pada 12 Rabiul Awal, membawa cahaya yang menyingkap kegelapan jahiliyah dan menuntun umat manusia menuju peradaban yang beradab.

Kedatangan bulan ini selalu menghadirkan suasana berbeda. Hati seolah lebih hangat, lidah terasa ringan untuk bershalawat, dan majelis-majelis ilmu penuh dengan lantunan kisah kehidupan Rasulullah. Umat Islam menyambutnya seperti menyambut seorang tamu agung yang dirindukan sepanjang tahun.


Jejak Cahaya di Tengah Kegelapan

Sebelum Nabi Muhammad lahir, masyarakat Arab hidup dalam masa jahiliyah. Kekerasan, perbudakan, dan diskriminasi merajalela. Bayi perempuan dikubur hidup-hidup, hukum rimba berlaku, dan kebenaran sering dikalahkan oleh kepentingan kelompok kuat.

Di tengah kondisi inilah, Allah mengutus seorang Nabi yang menjadi rahmat bagi seluruh alam. Kehadiran Rasulullah menjadi mercusuar peradaban. Beliau membawa ajaran tauhid, menegakkan keadilan, dan menyebarkan kasih sayang. Sifat-sifat beliau yang jujur, amanah, sabar, dan penuh kasih menjadi teladan abadi sepanjang masa.


Tradisi Maulid di Nusantara

Di Indonesia, bulan Rabiul Awal dikenal sebagai bulan Maulid Nabi. Umat Islam menyambutnya dengan penuh suka cita. Di Jawa, ada tradisi Sekaten yang diadakan di keraton Yogyakarta dan Surakarta, lengkap dengan gamelan sakral dan pasar malam rakyat. Di Aceh, perayaan maulid berlangsung hingga berbulan-bulan, ditandai dengan kenduri besar di masjid dan meunasah.

Masyarakat Bugis-Makassar memiliki tradisi Maudu Lompoa, yakni arak-arakan perahu hias di laut untuk mengenang kebesaran Rasulullah. Sementara di Kalimantan, perayaan maulid biasanya ditandai dengan pembacaan kitab Al-Barzanji atau Simthud Durar, syair indah tentang kelahiran dan kehidupan Nabi.

Tradisi ini menunjukkan betapa dalam cinta umat Islam Indonesia kepada Rasulullah. Sebagaimana kata KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama: “Menghormati Maulid Nabi adalah wujud rasa syukur kita kepada Allah, karena dengan lahirnya beliau, dunia mendapat cahaya petunjuk.”


Momentum Perbaikan Diri

Menyambut bulan kelahiran Rasulullah sejatinya bukan sekadar perayaan. Lebih dari itu, ia adalah momentum untuk memperbaiki diri. Rasulullah SAW adalah sosok teladan dalam setiap aspek kehidupan. Beliau dikenal sebagai Al-Amin, sosok yang terpercaya bahkan sebelum diangkat menjadi Nabi.

Dalam keluarganya, beliau adalah suami yang penuh kasih, ayah yang mendidik dengan cinta, dan kakek yang lembut. Dalam masyarakat, beliau menjadi pemimpin yang adil, mengutamakan musyawarah, dan tidak pernah meninggalkan rakyatnya.

Buya Hamka pernah menulis: “Cinta kepada Nabi bukan sekadar kata-kata, tetapi dengan mencontoh akhlaknya. Jika Nabi lembut, mengapa kita keras? Jika Nabi jujur, mengapa kita dusta? Jika Nabi sabar, mengapa kita tergesa-gesa?”

Kata-kata ini menjadi pengingat bahwa cinta sejati kepada Rasulullah hanya akan bermakna jika kita meneladani akhlaknya dalam kehidupan sehari-hari.


Pesan Maulid untuk Zaman Modern

Di era modern, tantangan umat semakin beragam: krisis moral, ketidakadilan, perpecahan sosial, hingga dampak negatif teknologi. Dalam situasi ini, pesan maulid Nabi menjadi relevan untuk dijadikan pedoman.

Rasulullah mengajarkan pentingnya kejujuran, padahal dunia modern kerap dikuasai oleh kepentingan. Beliau mencontohkan kesederhanaan, padahal manusia hari ini sering berlomba dalam gaya hidup berlebihan. Beliau mengajarkan pentingnya ilmu, padahal sebagian orang masih meremehkan pendidikan.

Seperti yang diingatkan Gus Dur (KH. Abdurrahman Wahid): “Meneladani Nabi itu bukan dengan mengaku paling islami, tetapi dengan memberi manfaat kepada orang lain, siapapun dia.” Pesan ini menegaskan bahwa akhlak Nabi adalah pedoman universal, bukan hanya bagi umat Islam, tetapi bagi seluruh umat manusia.


Shalawat Ekspresi Rindu dan Cinta

Menyambut bulan maulid juga identik dengan memperbanyak bacaan shalawat. Allah memerintahkan umat Islam untuk bershalawat dalam QS. Al-Ahzab ayat 56. Shalawat menjadi tanda cinta, penghormatan, sekaligus doa agar kita mendapatkan syafaat beliau di hari akhir.

Di banyak daerah, majelis-majelis shalawat digelar dengan meriah. Jamaah berkumpul, membaca syair-syair pujian, dan melantunkan doa. Suasana ini melahirkan ketenangan batin, sekaligus mengikat hati umat dengan kasih sayang kepada Rasulullah.


Meneladani Nabi Membangun Bangsa

Indonesia sebagai negara dengan jumlah umat Islam terbesar di dunia memiliki tanggung jawab besar untuk menjadikan ajaran Nabi sebagai inspirasi dalam kehidupan berbangsa. Jika akhlak Nabi benar-benar diteladani, bangsa ini akan lebih jujur, adil, dan damai.

Para pemimpin dapat belajar dari kepemimpinan Rasulullah yang tegas sekaligus penuh kasih. Para pendidik bisa meneladani kesabaran beliau dalam mengajar. Para orang tua bisa meniru kelembutan beliau dalam mendidik anak. Dan masyarakat bisa belajar dari beliau dalam membangun persaudaraan lintas suku, agama, dan budaya.

Bulan Rabiul Awal adalah bulan penuh cinta. Bulan ini mengingatkan kita pada hadirnya manusia agung, Nabi Muhammad SAW, yang menjadi rahmat bagi semesta alam.

Menyambut bulan kelahiran Nabi berarti memperbanyak syukur, memperbanyak shalawat, dan memperbanyak kebaikan. Seperti pesan Buya Hamka: “Cinta kepada Nabi itu adalah cinta kepada kemanusiaan. Sebab Nabi datang untuk menegakkan akhlak dan keadilan.”

Selamat datang, bulan Rabiul Awal. Selamat datang, bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Semoga kehadiranmu kembali menghidupkan cahaya cinta di dada umat, meneguhkan persaudaraan, dan membawa berkah bagi negeri ini.

 

#NabiMuhammadSAW #MaulidNabi #RabiulAwal #Islam #GusDur 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar