Yang saya Hormati Para 'Alim Ulama, Para Kyai Ibu Nyai, Sesepuh Pini Sepuh,
Yang saya Ta'dhimi seluruh Pembina dan Pengurus Yayasan serta Dzuriyyat KH. Ahmad Badjuri,
Yang saya hormati segenap Bapak/Ibu Guru serta Tenaga Kependidikan,
Dan yang saya banggakan, para murid-murid SMP Islam KH. Ahmad Badjuri yang penuh semangat.
Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas nikmat pagi yang cerah ini, nikmat kesehatan, dan kesempatan untuk berkumpul dalam rangka menunaikan kewajiban kita melaksanakan upacara bendera.
Dan yang saya banggakan, para murid-murid SMP Islam KH. Ahmad Badjuri yang penuh semangat.
Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas nikmat pagi yang cerah ini, nikmat kesehatan, dan kesempatan untuk berkumpul dalam rangka menunaikan kewajiban kita melaksanakan upacara bendera.
Sholawat dan Salam mari kita kumandangkan untuk Junjungan Agung nan Mulia, Rasululloh SAW, beserta para keluarga beliau, sahabat beliau, dan mudah-mudahan syafa'at beliau sampai kepada kita ummatnya di hari akhir nanti. Aamiin.
Anak-anakku, murid-murid yang luar biasa,
Pernahkah kalian melihat burung elang yang terbang tinggi dan gagah? Ia melayang bebas di angkasa, menjelajahi cakrawala. Tapi bayangkan, bagaimana jika elang itu hanya diam di sarangnya, takut untuk terbang karena khawatir anginnya terlalu kencang, atau ragu apakah sayapnya cukup kuat? Itu adalah sebuah penjara. Dan penjara terbesarnya bukanlah sangkar, melainkan "pikiran dan rasa takutnya sendiri".
Hari ini, tema kita adalah "Melepas Belenggu Diri". Belenggu diri adalah sangkar tak kasat mata yang kita buat sendiri. Dinding-dindingnya terbuat dari kata-kata: Aku tidak bisa, Aku malu, Nanti saja, Ini sudah cukup. Atapnya adalah rasa nyaman yang semu. Kita merasa aman di dalam sangkar ini, tapi sebenarnya kita sedang membatasi diri sendiri untuk melihat betapa luasnya dunia di luar sana.
Agama kita mengajarkan untuk menjadi pribadi yang merdeka, yang tidak terbelenggu oleh ketakutan-ketakutan duniawi. Dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 286, Allah berfirman:
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
“Lā yukallifullāhu nafsan illā wus’ahā.”
Artinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Ayat ini adalah jaminan dari Allah bahwa kita sanggup! Kita memiliki kapasitas yang Allah sendiri yang telah menetapkannya. Jadi, ketika rasa takut dan ragu itu datang, itu adalah bisikan yang menipu. Allah sudah mengatakan kita mampu, lalu siapa yang kita percayai?
Lihatlah sejarah para pahlawan kita. Mereka adalah master dalam melepas belenggu.
1. Cut Nyak Dien. Seorang wanita yang melepaskan belenggu bahwa perang hanya untuk laki-laki. Beliau memimpin perlawanan dengan keberanian yang menggetarkan musuh.
Pernahkah kalian melihat burung elang yang terbang tinggi dan gagah? Ia melayang bebas di angkasa, menjelajahi cakrawala. Tapi bayangkan, bagaimana jika elang itu hanya diam di sarangnya, takut untuk terbang karena khawatir anginnya terlalu kencang, atau ragu apakah sayapnya cukup kuat? Itu adalah sebuah penjara. Dan penjara terbesarnya bukanlah sangkar, melainkan "pikiran dan rasa takutnya sendiri".
Hari ini, tema kita adalah "Melepas Belenggu Diri". Belenggu diri adalah sangkar tak kasat mata yang kita buat sendiri. Dinding-dindingnya terbuat dari kata-kata: Aku tidak bisa, Aku malu, Nanti saja, Ini sudah cukup. Atapnya adalah rasa nyaman yang semu. Kita merasa aman di dalam sangkar ini, tapi sebenarnya kita sedang membatasi diri sendiri untuk melihat betapa luasnya dunia di luar sana.
Agama kita mengajarkan untuk menjadi pribadi yang merdeka, yang tidak terbelenggu oleh ketakutan-ketakutan duniawi. Dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 286, Allah berfirman:
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
“Lā yukallifullāhu nafsan illā wus’ahā.”
Artinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Ayat ini adalah jaminan dari Allah bahwa kita sanggup! Kita memiliki kapasitas yang Allah sendiri yang telah menetapkannya. Jadi, ketika rasa takut dan ragu itu datang, itu adalah bisikan yang menipu. Allah sudah mengatakan kita mampu, lalu siapa yang kita percayai?
Lihatlah sejarah para pahlawan kita. Mereka adalah master dalam melepas belenggu.
1. Cut Nyak Dien. Seorang wanita yang melepaskan belenggu bahwa perang hanya untuk laki-laki. Beliau memimpin perlawanan dengan keberanian yang menggetarkan musuh.
2. Jenderal Sudirman. Beliau melepaskan belenggu penyakitnya. Meski harus ditandu, semangat juangnya untuk memimpin gerilya tidak pernah padam. Belenggu fisik tidak mampu mengalahkan tekad baja dalam hatinya.
3. Buya Hamka, seorang ulama dan sastrawan besar. Beliau melepaskan belenggu keterbatasan formal pendidikan. Dengan otodidak dan semangat belajar yang tak kenal henti, beliau menjadi salah satu pemikir terbesar Indonesia.
Mereka semua memilih untuk memecahkan sangkar pikiran mereka dan terbang tinggi.
Lalu, bagaimana caranya kita memecahkan sangkar kita hari ini?
1. Ganti Kata-Kata dalam Kepalamu. Ubah Aku tidak bisa menjadi Aku akan coba. Ubah Aku pasti gagal menjadi Ini adalah kesempatan untuk belajar.
2. Berkomitmen pada Satu Langkah Kecil. Ingin nilai bagus? Mulai dengan membaca satu bab hari ini. Ingin percaya diri? Mulai dengan tersenyum dan menyapa tiga orang baru. Langkah kecil adalah kunci untuk membuka gerbang sangkar yang besar.
3. Jadikan Kegagalan sebagai Data. Jika kamu jatuh, jangan menganggapnya sebagai bencana. Tapi analisa: Apa yang bisa aku pelajari dari ini? Apa yang harus diperbaiki lain kali? Kegagalan adalah data, bukan identitas dirimu.
4. Berdirilah di Pundak Raksasa. Bacalah biografi orang-orang hebat. Kamu akan melihat bahwa mereka bukanlah manusia super. Mereka sama seperti kita, hanya saja mereka berani melepas belenggu lebih dulu. Ilmu dan inspirasi dari merekalah yang akan mengangkatmu.
Murid-murid yang berbahagia,
Sekolah ini bukanlah tempat untuk mengurung diri. Ini adalah landasan pacu. Setiap pelajaran, setiap nasihat guru, setiap buku di perpustakaan, adalah angin di bawah sayap kalian. Tugas kalian adalah memberanikan diri untuk mengepakkan sayap itu dan lepas landas!
Jangan biarkan masa muda kalian, masa yang paling penuh energi dan mimpi, terkurung oleh sangkar “takut” dan “malas”. Keluarlah! Eksplorasi! Coba hal baru! Gagal, bangkit, dan coba lagi!
Melepas belenggu diri adalah pilihan sehari-hari. Pilihan untuk tidak menunda, untuk tidak bersembunyi, dan untuk percaya pada potensi yang Allah telah titipkan dalam diri masing-masing dari kita.
Demikian amanat yang bisa saya sampaikan, akhir kata,
3. Buya Hamka, seorang ulama dan sastrawan besar. Beliau melepaskan belenggu keterbatasan formal pendidikan. Dengan otodidak dan semangat belajar yang tak kenal henti, beliau menjadi salah satu pemikir terbesar Indonesia.
Mereka semua memilih untuk memecahkan sangkar pikiran mereka dan terbang tinggi.
Lalu, bagaimana caranya kita memecahkan sangkar kita hari ini?
1. Ganti Kata-Kata dalam Kepalamu. Ubah Aku tidak bisa menjadi Aku akan coba. Ubah Aku pasti gagal menjadi Ini adalah kesempatan untuk belajar.
2. Berkomitmen pada Satu Langkah Kecil. Ingin nilai bagus? Mulai dengan membaca satu bab hari ini. Ingin percaya diri? Mulai dengan tersenyum dan menyapa tiga orang baru. Langkah kecil adalah kunci untuk membuka gerbang sangkar yang besar.
3. Jadikan Kegagalan sebagai Data. Jika kamu jatuh, jangan menganggapnya sebagai bencana. Tapi analisa: Apa yang bisa aku pelajari dari ini? Apa yang harus diperbaiki lain kali? Kegagalan adalah data, bukan identitas dirimu.
4. Berdirilah di Pundak Raksasa. Bacalah biografi orang-orang hebat. Kamu akan melihat bahwa mereka bukanlah manusia super. Mereka sama seperti kita, hanya saja mereka berani melepas belenggu lebih dulu. Ilmu dan inspirasi dari merekalah yang akan mengangkatmu.
Murid-murid yang berbahagia,
Sekolah ini bukanlah tempat untuk mengurung diri. Ini adalah landasan pacu. Setiap pelajaran, setiap nasihat guru, setiap buku di perpustakaan, adalah angin di bawah sayap kalian. Tugas kalian adalah memberanikan diri untuk mengepakkan sayap itu dan lepas landas!
Jangan biarkan masa muda kalian, masa yang paling penuh energi dan mimpi, terkurung oleh sangkar “takut” dan “malas”. Keluarlah! Eksplorasi! Coba hal baru! Gagal, bangkit, dan coba lagi!
Melepas belenggu diri adalah pilihan sehari-hari. Pilihan untuk tidak menunda, untuk tidak bersembunyi, dan untuk percaya pada potensi yang Allah telah titipkan dalam diri masing-masing dari kita.
Demikian amanat yang bisa saya sampaikan, akhir kata,
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar